Iklan

BAROMETER KEPRI
Selasa, 25 November 2025, November 25, 2025 WIB
Last Updated 2025-11-24T17:15:21Z
NewsPeristiwa

Tragedi di Sungai Sei Langkai, Bocah Umur 5 Tahun Tewas Terjatuh ke Sungai Saat Pasang dan Ada Penampakan Buaya

.



 

Barometerkepri.com | Batam, Suasana terasa mencekam di Perumahan MKP, Kelurahan Sungai Langkai, Kecamatan Sagulung, berubah drastis pada Minggu siang (23/11/2025). Warga dikejutkan oleh kabar meninggalnya seorang bocah laki-laki berusia sekitar lima tahun yang terjatuh ke sungai ketika air sedang pasang.


Insiden memilukan itu terjadi sekitar pukul 13.40 WIB, bertepatan dengan naiknya permukaan air sungai yang sejak beberapa hari terakhir sering menjadi perhatian warga. Bukan hanya karena arusnya yang kuat, tetapi juga akibat laporan kemunculan buaya di sekitar aliran sungai yang membelah kawasan padat penduduk tersebut.


Menurut keterangan sejumlah saksi, beberapa menit sebelum kejadian, warga terutama anak-anak sedang berkumpul di bibir sungai setelah melihat seekor buaya muncul di permukaan air. Rekaman amatir warga yang beredar memperlihatkan buaya itu berenang pelan mengikuti arus pasang.

“Anak-anak langsung berlari ke pinggir sungai, mereka penasaran. Biasanya ada ikan besar, tapi ini buaya, jadi mereka ramai,” ungkap seorang warga yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian.


Rasa penasaran dan minimnya pengawasan membuat anak-anak berdiri terlalu dekat dengan bibir sungai yang licin. Kondisi air yang sedang naik membuat arus lebih deras dari biasanya.


Di tengah kerumunan itulah, bocah malang tersebut diduga terpeleset ke dalam air.


Sejumlah saksi mata menyebutkan bahwa insiden itu berlangsung sangat cepat. Begitu anak itu terjatuh, tubuhnya langsung terseret arus pasang.

“Dia jatuhnya cepat sekali dan tercebur, ujar seorang warga yang kebetulan sedang berada di lokasi.

Warga sekitar langsung berteriak meminta bantuan. Beberapa pria dewasa berusaha menyusuri pinggir sungai, namun kondisi air yang keruh membuat pencarian berlangsung dramatis.


Kurang dari beberapa menit kemudian, tubuh korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa, tak jauh dari titik awal ia terjatuh.


Usai kejadian, warga berkumpul sambil menyampaikan keprihatinan terhadap kondisi sungai yang dinilai tidak memiliki pembatas pengaman meski berada sangat dekat dengan area permukiman padat.

“Dari dulu sungai ini bahaya. Pinggirannya licin, tidak ada pagar. Anak-anak sering main di sini,” ungkap seorang ibu rumah tangga.


Sejumlah warga juga mengaku sudah beberapa kali melihat buaya di sungai tersebut, terutama saat air pasang. Namun belum ada tindakan pengamanan yang signifikan.

“Kami pernah lapor, tapi belum ada tindakan. Ini pertama kali kejadian sampai memakan korban,” tambahnya.


Dari hasil penelusuran awal di lapangan, terdapat beberapa poin penting yang patut menjadi perhatian:


Aliran sungai yang terhubung ke wilayah pesisir Sagulung memungkinkan buaya air payau masuk ke kawasan permukiman, terutama saat:


air pasang naik, curah hujan tinggi, debit air meningkat, habitat alami terganggu.


Kemunculan buaya bukan kejadian tunggal; warga mengaku sudah beberapa kali melihat hewan itu sejak beberapa bulan terakhir.


Hasil pantauan menunjukkan bahwa: bantaran sungai licin, tidak ada penghalang atau pagar pembatas, akses anak-anak sangat dekat dengan bibir sungai, jalur inspeksi tidak memiliki penerangan atau rambu peringatan.


Hal ini membuat area tersebut berpotensi membahayakan, khususnya bagi anak yang gemar bermain di luar rumah.


Lingkungan perumahan padat, tetapi pergerakan anak-anak tidak mendapat pengawasan maksimal. Hal ini diperparah oleh: rasa penasaran terhadap kemunculan buaya, tidak adanya personel keamanan lingkungan (security/RT/RW), arus pasang sedang kuat. Kombinasi faktor ini menjadi penyebab utama tragedi.


Satwa predator seperti buaya umumnya bergerak mencari makanan atau tempat berlindung. Kemunculannya bisa mengindikasikan: kerusakan habitat, saluran air yang semakin terbuka, pergeseran ekosistem, sampah atau bangkai di kolong sungai yang menarik predator.


Hal ini memerlukan perhatian serius dari instansi terkait baik kelurahan, kecamatan, maupun pihak Karantina Hewan dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).


Tragedi ini memunculkan desakan dari warga agar pemerintah segera mengambil langkah: memasang pagar pengaman, memberikan tanda peringatan “Rawan Buaya”, melakukan penelusuran keberadaan buaya, meningkatkan patroli lingkungan, menyosialisasikan bahaya bermain di bantaran sungai.

“Kami takut ada korban lagi. Ini harus segera ditangani,” tegas seorang tokoh lingkungan setempat.


Kematian bocah 5 tahun di Sungai Langkai bukan hanya kecelakaan biasa, tetapi alarm keras bagi pemerintah daerah tentang pentingnya: pengamanan bantaran sungai, mitigasi satwa liar berbahaya, edukasi masyarakat, respons cepat terhadap laporan warga.


Sungai Langkai bukan lagi sekadar aliran air, tetapi kini menjadi kawasan rawan yang harus mendapat perhatian serius agar tragedi serupa tidak kembali terulang.

(red)