.
Barometer Kepri. Com | BATAM – Di balik pesatnya pertumbuhan Kota Batam, ada komitmen kuat yang terus diperlihatkan oleh duet pemimpin kota ini: Wali Kota Amsakar Achmad dan Wakil Wali Kota Li Claudia Chandra. Keduanya tak sekadar memimpin, tapi menghadirkan solusi nyata atas tantangan kota metropolitan yang terus tumbuh. Salah satu bukti nyata itu kini sedang disiapkan pembangunan Jalan Lingkar Selatan Batam, proyek ambisius yang akan mengubah wajah konektivitas antar wilayah di kota pulau ini.
Jalan sepanjang hampir 10 kilometer itu akan membentang dari Kecamatan Seibeduk hingga Nongsa, membelah kawasan yang selama ini kurang terakses. Proyek ini tak berdiri sendiri. Ia menjadi bagian dari 15 Program Prioritas yang digagas Amsakar sejak awal kepemimpinannya—sebuah peta jalan pembangunan Batam yang lebih merata, efisien, dan ramah investasi.
“Pembangunan Jalan Lingkar Selatan ini bukan hanya soal membangun jalan. Ini tentang membuka masa depan baru bagi kawasan selatan Batam. Kami ingin memastikan semua wilayah tumbuh bersama,” kata Amsakar, dalam salah satu keterangannya.
Membuka Akses, Mengurai Kemacetan, Mendorong Ekonomi
Tak sedikit warga Batam yang merasa terjebak dalam kepadatan lalu lintas Batam Center, terutama saat jam sibuk. Akses dari barat ke timur kota—seperti dari Batuaji ke Nongsa atau Bandara Hang Nadim—selama ini bergantung pada satu jalur utama. Di sinilah letak pentingnya proyek Jalan Lingkar Selatan.
Rute baru ini dirancang sebagai jalur alternatif strategis yang memangkas waktu tempuh secara signifikan, sekaligus merangsang pertumbuhan ekonomi baru di kawasan yang dilewatinya. Amsakar menyebut proyek ini sebagai bagian dari visi jangka panjang: Batam yang saling terhubung tanpa harus bergantung pada satu pusat pertumbuhan.
“Kami ingin masyarakat punya lebih banyak pilihan akses. Jalan ini akan mempercepat pergerakan orang dan barang, dan membuka potensi wilayah-wilayah yang selama ini agak tertinggal,” ujarnya.
Rancangan Modern Bertaraf Nasional
Jalan Lingkar Selatan akan dibangun dalam tiga seksi utama, dengan total anggaran yang dirancang sebesar Rp130,78 miliar:
Seksi I: Simpang Sungai Pancur – Kampung Bagan (3,62 km)
Seksi II: Kampung Bagan – Simpang Teluk Lengung (2,25 km), dilengkapi jembatan sepanjang 50 meter
Seksi III: Simpang Teluk Lengung – Simpang Jasinta (4,09 km)
Tak sekadar jalur kendaraan, jalan ini juga akan dilengkapi dengan drainase modern, lampu PJU, jalur sepeda, dan pedestrian—menghadirkan infrastruktur urban yang inklusif dan berkelanjutan.
Saat ini, proyek tersebut telah memasuki tahap penyusunan Detail Engineering Design (DED) yang ditargetkan rampung pada 2025. Pembangunan fisik akan dimulai pada tahun 2026, dengan skema pembiayaan yang diusulkan melalui APBN Kementerian PUPR RI.
Tantangan dan Kolaborasi
Tentu, proyek skala besar seperti ini tak lepas dari tantangan, terutama dalam urusan pembebasan lahan. Namun, Amsakar–Claudia memilih jalur kolaborasi, bukan konfrontasi.
“Kami akan terus menjalin koordinasi dengan BP Batam, Kementerian ATR/BPN, para pengembang, dan masyarakat. Prinsip kami: keterbukaan dan keadilan. Semua pihak harus merasa dilibatkan,” jelas Amsakar.
Empat Tahun ke Depan: Batam yang Lebih Siap Hadapi Masa Depan
Jika berjalan sesuai rencana, empat tahun ke depan, Batam akan memiliki infrastruktur jalan baru yang tak hanya menghubungkan kawasan, tetapi juga menyatukan potensi. Jalan Lingkar Selatan adalah lebih dari sekadar proyek fisik. Ia adalah manifestasi dari visi Amsakar–Claudia: membangun Batam yang kompetitif, terintegrasi, dan siap menyambut masa depan.
Dari aspal yang dibentangkan, mimpi kota ini dirajut. Dari komitmen pemimpinnya, harapan masyarakat disusun. Dan dari setiap kilometer yang dibangun, Batam terus bergerak—menuju kota yang tak hanya tumbuh, tapi tumbuh bersama.
(**)

